Bisnis Bonsai Sangat Menggiurkan
undefined
undefined
JAKARTA – Bagi Anda yang menyukai tanaman, tentu tidak asing dengan tanaman mini atau populer dengan sebutan bonsai. Tanaman mini yang terlihat tua ini memiliki daya tarik yang begitu tinggi, membuat mata ini tak jua bosan memandang setiap lekuk akar, kokohnya batang pohon dan rimbunnya dedaunan yang dengan segenap perasaan kagum.
Terlebih lagi begitu mengetahui harganya yang terdengar ‘tak masuk akal’ bagi orang awam.
Bagaimana tidak, ada satu pohon bonsai yang tidak dilepas pemiliknya-seorang pengusaha tekstil asal Bandung-meski ditawar seharga Rp 500.000. Padahal, untuk mendapatkan pohon bonsai asal Taiwan ini dua tahun lalu, pemiliknya ‘hanya’ mengeluarkan kocek Rp 100.000. “Maklum mas, pohon bonsai ini kerap menjadi juara di setiap kontes bonsai, “ kata Ahmad Susanto, pedagang sekaligus pehobi pohon bonsai kepada SH, baru-baru ini.Dalam rangka memperingati hari jadinya tahun ini, BI mengadakan pameran pohon bonsai sekaligus menggelar kontes pohon bonsai yang diikuti oleh para kolektor dari berbagai daerah di Indonesia. Setelah memperkenalkan diri, Ahmad lantas menuturkan awal perjalanan dia sampai terjun ke bisnis yang memang menjadi hobinya sejak lama. Rupa-rupanya, dia dulu karyawan sebuah bank swasta nasional. Pada awal krisis perbankan tahun 1998, ia memutuskan untuk mengambil tawaran dari perusahaannya, mengambil pensiun dini.
Pesangon yang diperoleh dari pensiun dini tersebut saat itu cukup besar karena sudah bekerja di bank itu selama 15 tahun. Pesangon itulah yang kemudian dijadikan modal awal Ahmad Susanto dalam menekuni bisnis pohon bonsai dengan mengunjungi negeri Cina dan Taiwan untuk ‘berburu’ tanaman bonsai.
Lebih Mahal
Mengapa tidak pergi ke negeri yang memopulerkan pohon bonsai, Jepang, ia beralasan harga pohon bonsai di sana lebih mahal ketimbang di Cina dan Taiwan. Sepulang dari sana, ia hanya menenteng dua atau tiga pohon Bonsai yang dibelinya dengan harga Rp 50 juta per pohon.
Kagetlah ia karena ada orang Indonesia yang bersedia membeli pohon bonsai dagangannya dengan harga dua kali lipat. Begitu mengetahui besarnya keuntungan yang ia peroleh dari berbisnis pohon kerdil itu, setiap satu bulan sekali, ia rutin ke luar negeri untuk berbelanja pohon bonsai.
Selain menjadi pedagang, Ahmad Susanto memiliki sedikit lahan di Cipanas Jawa Barat untuk merawat pohon bonsai dan tanaman hias lainnya. “Pohon yang kita jual tidak selalu laku dalam waktu cepat, oleh karena itu, dirawat dulu sampai bagus. Dan setelah rawat lagi, biasanya malah meningkat harga jualnya,” katanya.
Bonsai yang dirawat tersebut ada yang impor tetapi ada juga yang lokal. Dulu, koleksi bonsai Lokal Ahmad cukup banyak namun karena pemeliharaannya memakan waktu lama mengingat pohonnya masih setengah jadi, ia tidak sabar. “Beda dengan memberi langsung dari luar negeri yang sudah jadi dan siap jual.”
Di lahan seluas 500 meter itu, terdapat 200 tanaman hias termasuk Kamboja Jepang dan Adenium mulai dari harga Rp 50.000 sampai yang mencapai jutaan rupiah. Khusus untuk Adenium, Ahmad bisa memborong 3000 pohon sekaligus di Taiwan yang dimasukkan dalam satu dus dan sampai di tanah air, tanaman hias itu ludes dibeli orang.
Bagi Ahmad, pasar tanaman hias lebih luas ketimbang pohon bonsai. “Pendapatan dari tanaman hias bisa rutin, berbeda dengan pohon bonsai yang hanya sesekali namun langsung dalam nilai nominal yang besar,” katanya.
Setiap bulannya, ahmad bisa menjual pohon dagangannya dengan nilai penjualan mencapai Rp 5 juta ke atas. Mungkin Rp 5 juta itu hanya dari satu pohon tetapi terkadang berasal dari penjualan bermacam-macam pohon.
Oleh karena itu, Ahmad menggunakan ajang pameran dengan tujuan sebagai sarana promosi untuk menarik kolektor baru. Biasanya setiap penyelenggaraan pameran ada lebih dari lima orang peminat baru.
(SH/danang jm)
0 comments:
Posting Komentar